Proposal Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas
Negeri Semarang
oleh
Bani Salam
1402408005
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Materi KPK dan FPB melalui Pembelajaran Numbered Heads Together di Sekolah Dasar Negeri Kubangputat 01 Brebes”.
Telah disetujui dan disahkan:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Noening Andrijati, M.Pd Drs. Daroni, M.Pd
19680610 199303 2 002 19530101 198103 1 005
Menegetahui,
Koordinator UPP Tegal
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd
19630923 198703 1 001
PROPOSAL SKRIPSI
A. Judul
Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi KPK dan FPB melalui
Pembelajaran Numbered Heads Together di Sekolah Dasar Negeri Kubangputat 01 Brebes.
B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian
1. Mata
Pelajaran : Matematika
2. Bidang
Kajian : Desain dan Strategi
Pembelajaran di kelas.
C. Pendahuluan
1.
Latar
Belakang Masalah
Pengertian pendidikan menurut
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (1)
yaitu:
Usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan definisi di
atas, ada 3 pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya (Sudrajat
2010): 1) Usaha sadar dan terencana, 2) Mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, 3) Memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Berdasarkan pengertian
pendidikan di atas, pendidikan tidak hanya sekedar menggambarkan apa
pendidikan itu, tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas
tentang siapa sesungguhnya pendidik itu, siapa peserta didik itu, dan
bagaimana seharusnya mendidik.
Setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Undang-Undang
Sisdiknas pasal 12). Layanan pendidikan tersebut tidak lepas dari peran
pendidik dalam mengembangkan potensi peserta didik. Seorang pendidik harus
mempunyai standar kompetensi profesional. Salah satu dari 4 kompetensi tersebut
yaitu kompetensi pedagogik yang berupa penguasaan teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, yaitu dengan menerapkan berbagai
pendekatan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam pembelajaran matematika SD/MI (Permendiknas No. 16 tahun 2007).
Pembelajaran
di kelas merupakan tanggung jawab seorang guru sebagai praktisi pendidikan di
kelas. Untuk itu, kapasitas guru perlu ditingkatkan agar proses pembelajaran di
kelas lebih efektif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pembelajaran yang efektif dapat dilakukan guru melalui inovasi pembelajaran
yang interaktif, memotivasi, menyenangkan, dan mengasyikan untuk mendorong
siswa berpartisipasi aktif, berinisiatif, kreatif, dan mandiri sesuai dengan
minat dan perkembangan fisik, serta kematangan psikologis.
Pembelajaran
di kelas pada setiap jenjangnya
harus sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus
benar-benar terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan. Kurikulum ini disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sesuai dengan jenis, dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Pada jenjang pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar
(SD), kurikulum yang digunakan pada saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
digunakan untuk mengatur proses pendidikan dan kegiatan pembelajaran
di Sekolah Dasar. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) terdapat beberapa mata pelajaran yang harus diajarkan
kepada siswa di tingkat sekolah dasar. Salah satunya yaitu mata pelajaran matematika.
Pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) tujuan umum pengajaran matematika adalah untuk
penataan daya nalar siswa dan keterampilan untuk menerapkan matematika.
Sedangkan salah satu tujuan khususnya adalah untuk menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1999). Hal ini menunjukan bahwa bilangan
merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan kata lain bilangan
merupakan bagian dari matemetika yang telah menyatu dengan kehidupan manusia,
bahkan bilangan merupakan kebutuhan dasar manusia dari semua lapisan masyarakat
dan pergaulan hidup sehari-hari.
Keadaan
ini dapat ditunjukan dengan fakta-fakta bahwa dengan menggunakan bilangan orang
dapat, (1) menyebut banyak, sedikit, kurang, sama atau tambah, (2) memberikan
harga atau nilai kepada barang atau jasa dalam transaksi sehari-hari, (3)
menyatakan ciri, sifat, atau keadaan benda sebagai hasil pengamatan dan
pengukuran. Bila dicermati dalam kajian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 bahwa salah satu materi yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan
berhitung (menggunakan bilangan) khususnya menyelesaikan soal KPK dan FPB.
Kenyataan di SD Negeri Kubangputat 01 matematika
merupakan pelajaran yang dianggap sulit terutama materi KPK dan FPB bagi siswa
kelas V. Hal ini merupakan tantangan bagi guru agar dapat mengubah anggapan matematika
sebagai pelajaran yang sulit menjadi pelajaran yang menyenangkan melalui
penyajian materi yang menarik dan mudah dipahami, sehingga siswa termotivasi
untuk belajar matematika.
Menurut Kline Dryden & Vos
dalam Pitadjeng (2006: 1):
Belajar akan
lebih efektif jika dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Untuk itu di
dalam belajar siswa, diberi kesempatan untuk merencanakan dan menggunakan cara
belajar yang mereka senangi, agar dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk dapat
belajar matematika dalam suasana yang menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap
guru kelas V SD Kubangputat 01 pada saat pembelajaran KPK dan FPB, guru hanya
menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi, pembelajaran berlangsung
satu arah atau di dominasi oleh guru semata. Berdasarkan wawancara dengan guru
kelas V dapat diketahui bahwa guru hanya menggunakan pola interaksi klasikal
dalam pembelajaran. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa pasif, guru
tidak menggunakan media maupun alat peraga yang tersedia di sekolah. Kondisi
yang demikian, membuat siswa merasa bosan dan pasif, sehingga sulit
mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar matematika, selama satu pembelajaran yang diamati penulis,
siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru. Dari
19 siswa, yang berani mengajukan pertanyaan kepada guru hanya 7 siswa, menjawab
pertanyaan guru 8 siswa, dan tidak ada siswa yang berani mengungkapkan pendapat
kecuali di minta guru.
Perolehan nilai ulangan harian matematika materi KPK
dan FPB siswa kelas V SD Negeri Kubangputat 01 Brebes semester I tahun
pelajaran 2011/2012 menunjukan bahwa dari 19 siswa yang memperoleh nilai lebih
dari
60 sebanyak 7 siswa (37%), sedangkan
siswa yang memperoleh nilai kurang dari
sebanyak 12 siswa (63%). Dengan kata lain
tuntas belajar yang di peroleh belum mencapai 75%.
Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan guru
hanya menggunakan model pembelajaran konvensional seperti metode ceramah,
diskusi, tanya jawab dan penugasan. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh
dalam mengikuti pembelajaran matematika, maka perlu adanya usaha untuk
meningkatkan hasil belajar matematika, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan
dengan rata-rata ulangan harian siswa sekurang-kurangnya 60, yaitu melalui
pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif. Untuk itu, guru
harus memahami perkembangan siswa dalam belajar matematika, memahami teori
dalam pembelajaran matematika, memahami materi matematika yang menyenangkan
untuk dipelajari, maupun trik-trik yang menjadikan siswa senang dan tidak bosan
belajar matematika.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu
disajikan dalam suasana menyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk belajar
matematika. Sebelumnya matematika yang diberikan pada siswa sekolah dasar
sangat sederhana dan mudah, tetapi memuat konsep yang mendasar dan penting. Salah
satu usaha untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, seperti
penggunaaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran NHT merupakan pembelajaran di mana
siswa dibentuk dalam 3-5 kelompok dan diberi nomor, kemudian secara acak guru
memanggil satu nomor dari siswa. Siswa yang mendapat nomor yang ditunjuk guru
maju dan mengerjakan soal yang sudah diberikan oleh guru. Hal tersebut
dimaksudkan agar siswa selalu siap dalam menjawab pertanyaan KPK dan FPB serta
dapat bekerjasama dengan teman satu kelompok, sehingga siswa akan lebih aktif
dalam pembelajaran dan mempunyai rasa tanggung jawab.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk melaksanakan
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil
belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Oleh karena itu,
judul penelitian yang dipilih yaitu ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas
V Pada Materi KPK dan FPB melalui Pembelajaran Numbered Heads Together Sekolah Dasar Negeri Kubangputat 01 Brebes”.
2.
Perumusan
Masalah dan Pemecahan Masalah
Dalam bagian ini akan dibahas tentang rumusan masalah dan
pemecahan masalah.
a.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1)
Bagaimana cara meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas V pada pembelajaran matematika materi KPK dan FPB melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) di SD Negeri Kubangputat 01 tanjung Brebes?
2)
Bagaimana cara meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V pada pembelajaran matematika materi KPK dan FPB melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) di SD Negeri Kubangputat 01 tanjung Brebes?
3)
Bagaimana cara meningkatkan performansi
guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)?
b.
Pemecahan
Masalah
Untuk memecahkan masalah tersebut, dengan mengkaji
latar belakang dan uraian sebelumnya, maka fokus dalam penelitian ini yaitu
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi KPK dan
FPB yaitu dengan menerapkan model pendekatan kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa
kelas V SD Negeri Kubangputat 01 Brebes
dengan metode pembelajaran berupa metode ceramah, demonstrasi, tanya
jawab dan pemberian tugas.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan, keefektifan pembelajaran,
keberanian siswa dalam mengemukakan ide/pendapatnya dan bekerjasama antar siswa
dalam kelompoknya. Untuk mempermudah siswa dalam mempelajari KPK dan FPB guru
menggunakan media kartu bilangan prima. Pembelajaran NHT ini didasarkan pada
urutan-urutan langkah pelaksanaannya. Kegiatan pembelajaran dibagi dalam 4 fase
yaitu, fase penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab
pertanyaan.
Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok beranggotakan 4-6 siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Langkah selanjutnya yaitu guru meminta siswa mengerjakan LKS yang sudah
disediakan secara berkelompok. Siswa diberi kesempatan berpikir bersama untuk membahas
LKS yang disediakan guru. Setelah itu, guru memanggil salah satu nomor dari setiap
kelompok dan siswa menjawab pertanyaan. Media yang digunakan untuk mendukung
pembelajaraan dengan model NHT ini yaitu dengan menggunakan kartu bilangan
prima. Dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi KPK dan FPB, dan juga dapat
meningkatkan performansi guru dalam membelajarkan matemetika materi KPK dan FPB
siswa kelas V di SD Negeri Kubangputat 01 Tanjung Brebes.
1.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan ini yaitu:
1.
Tujuan
Umum
Meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran matematika melalui penerapan pembelajaran NHT yang efektif.
2.
Tujuan
Khusus
1)
Meningkatkan aktivitas belajar
matematika siswa kelas V pada materi KPK dan FPB di SD Negeri Kubangputat 01 Tanjung
Brebes.
2)
Meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas V pada materi KPK dan FPB di SD Negeri Kubangputat 01 Tanjung Brebes.
3)
meningkatkan performansi guru melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) pada pembelajaran matematika materi KPK dan FPB di SD
Negeri Kubangputat 01 Tanjung Brebes.
2.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini memberi manfaat kepada banyak pihak antara lain siswa, guru, sekolah, dan
peneliti
1.
Bagi
Siswa
1) Meningkatnya
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika terutama pada materi KPK
dan FPB.
2) Meningkatnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika terutama pada materi KPK dan
FPB.
2.
Bagi
Guru
1) Meningkatnya
kinerja guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
2)
Memberikan alternatif model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) untuk memecahkan permasalahan
rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi KPK dan FPB.
3.
Bagi
Sekolah
1) Memberi
masukan tentang cara penelitian dalam kelas dan meningkatnya proses belajar
mengajar di kelas.
2) Dapat
dipertimbangkan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran matematika sehingga dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran.
4.
Bagi
Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti yang mengangkat tema sejenis.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti yang mengangkat tema sejenis.
D. Kajian Pustaka
1.
Kerangka
Teori
a.
Pengertian Belajar
Pengertian
belajar pada umumnya diartikan sebagai penambahan pengetahuan yang diperoleh
dari buku, namun ada juga yang mengartikan bahwa belajar sama dengan menghafal,
karena biasanya orang belajar akan menghafal. Pengertian belajar yang demikian
masih terlalu sempit, pada dasarnya belajar tidak hanya membaca dan menghafal,
tetapi sangat sulit diartikan secara tepat, karena belajar mencakup banyak
unsur yang terkandung di dalamnya.
Menurut
Bower dan Hilgard (1981: 2) belajar yaitu memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman. Gagne dalam Anni (2007: 2) berpendapat bahwa belajar merupakan
perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode
waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses
pertumbuhan. Menurut woolfolk dan McCune-Nicolich (1981: 586) belajar adalah
perubahan dalam kemampuan seseorang yang relatif permanen sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan.
Berdasarkan
definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar secara umum mempunyai ciri-ciri perbuatan yang menghasilkan
perubahan menuju ke suatu hasil yang lebih maju lagi dan perubahan-perubahan
itu diperoleh dari latihan-latihan yang disengaja.
b. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi belajar
Secara
global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam Muhibbin (2008: 132-139):
1) Faktor
Internal Siswa
Faktor yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang
bersifat jasmani) dan aspek psikologis (yang bersifat rohani).
2) Faktor
Eksternal Siswa
Faktor
yang berasal dari luar diri siswa juga terdiri atas dua macam yakni faktor
lingkungan sosial (sekolah dan masyarakat) dan faktor lingkungan nonsosial
(gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa).
3) Faktor
Pendekatan Belajar
Cara atau strategi yang
digunakan siswa untuk menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu Lawson (1991).
2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang merubah stimul
dari lingkungan seseorang kedalam sebuah informasi yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang Gagne
dalam Sugandhi dkk (2007: 9). Briggs dalam Subroto (2011: 3) pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dikatakan bahwa untuk memudahkan pembelajaran, seorang guru
harus menyediakan suasana kelas yang nyaman untuk belajar, memberikan
kesempatan berpikir untuk memahami apa yang dipelajarinya, dan memberikan
kebebasan untuk memiliki sesuai minatnya dan di dalamnya terjadi berbagai
peristiwa yang sudah dirancang dan direncanakan.
3. Hakikat Matematika
Guru
dalam pembelajaran matematika, sudah sewajarnya harus mengetahui apa matematika
itu, apa gunanya matematika, dan mengapa matematika diajarkan di sekolah.
Dengan mengetahui hal tersebut guru dapat memilih metode pembelajaran dengan
tepat.
Ruseffendi
dalam Subarinah (2006: 1) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan
dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu
deduktif. Jhonson dan Rising dalam Ruseffendi (1988) dalam Subarinah (2006: 1)
mengatakan bahwa:
Matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan, pola pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
refresentatif serta lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai
bunyi.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang
abstrak dan hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika
pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Ciri
matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru, sehingga
mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep
sederhana sampai yang kompleks.
4. Karakteristik siswa SD
Guru dalam pembelajaran di kelas
hendaknya memahami kemampuan intelektual setiap anak dan memahami sifat-sifat
anak SD/MI sesuai dengan kelompok umurnya, sehingga akan memudahkan dalam menangani
siswanya belajar Pitadjeng (2006: 9).
a.
Sifat anak SD kelompok umur 6-9 tahun
Anak
kelompok umur ini sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah merasa letih dan
memerlukan istirahat. Koordinasi otot-otot kecil masih belum sempurna, karena
itu masih ada yang belum bisa memegang pensil dengan baik. Siswa hendaknya
menghindari mengerjakan soal yang berkepanjangan yang dapat menyebabkan bosan,
lelah, dan jenuh.
Untuk
pelajaran matematika yang memerlukan berpikir ekstra keras, hendaknya diselingi
dengan humor, permainan, atau teka-teki yang akan dapat menurunkan ketegangan
berpikir anak. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar matematika yang
santai misalnya dengan memberi kegiatan memanipulasi benda-benda konkret atau
permainan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari, karena suasana
kelas yang tegang atau terlalu serius justru dapat menyebabkan kurangnya
konsentrasi anak terhadap pembelajaran matematika.
b.
Sifat anak SD kelompok umur 9-12 tahun
Salah
satu sifat fisik anak kelompok umur ini adalah senang bermain dan sudah dapat
mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Hal ini terjadi karena mereka
telah menguasai benar koordinasi otot halus. Untuk pelajaran matematika,
kegiatan-kegiatan yang tepat dan disenangi misalnya mengubah bangun dengan
menggunting dan menyusun untuk mempelajari suatu konsep matematika.
Jadi,
karakteristik siswa SD yang berusia 6-12 tahun masih berada pada operasional
konkret, sehingga memiliki rasa ingin tahu yang kuat tertarik akan dunia
sekitar dan masih suka bermain untuk mencobakan usaha baru. Pada dasarnya
materi pelajaran matematika di SD itu dapat dimengerti dengan baik apabila
siswa yang belajar sudah siap menerimanya. Selain itu, guru harus memahami
karakter siswa sesuai dengan kelompok usianya supaya guru dapat menggunakan pendekatan
pembelajaran yang tepat. Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, diharapkan
dapat meminimalisir kejenuhan bahkan ketakutan siswa pada pembelajaran
matematika. Misalnya dengan menggunakan pendekatan kooperatif dalam
membelajarkan matematika.
5. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Ibrahim .dkk (2001: 20-25) ada berbagai macam tipe dalam pembelajaran
kooperatif yaitu: Student Teams
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK), dan Pendekatan
Struktural (yang meliputi Think-Pair-Share
dan Numbered Heads Together).
Roger
dan David Johnson dalam Anita (2002: 30-34) mengatakan bahwa untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu:
1)
Saling ketergantungan positif
Keberhasilan
kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya dalam mencapai satu
tujuan yang sama.
2)
Tanggung jawab perseorangan
Pembelajaran kooperatif membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing kelompok harus melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3)
Tatap Muka
Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih
kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
4)
Komunikasi Antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
mengutarakan pendapatnya.
5)
Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
apa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
pembelajaran dimana siswa belajar secara berkelompok saling bekerja sama untuk
memecahkan suatu permasalahan agar mereka mempunyai tanggung jawab atas
permasalahan yang dihadapinya. Ada beberapa variasi model pembelajaran
kooperatif salah satunya yaitu model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
b. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
Numbered Heads Together Ibrahim
.dkk. (2000: 28) merupakan kegiatan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pembelajaran
NHT memberikan kesempatan kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga menolong siswa
untuk menguatkan semangat kerjasama mereka (Anita 2002: 58).
Model
pembelajaran tipe NHT adalah pembelajaran dimana siswa dibentuk suatu kelompok,
kemudian diberi nomor secara acak, guru memberi pertanyaan, selanjutnya guru
memanggil nomor dari salah satu siswa.
Langkah-langkah:
1)
Siswa dibagi dalam
kelompok, setiap siswa
dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas
yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan
soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari
kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4)
Guru memanggil salah satu nomor
tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai yang dipanggil mengacungkan
tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
c. Penilaian dalam Pembelajaran
Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif siswa mendapat nilai
pribadi dan nilai kelompok. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri
untuk tes. Kemudian masing-masing
mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.
Nilai kelompok dapat diperoleh dengan beberapa cara:
1) Nilai
kelompok dapat diambil dari nilai terendah yang didapat siswa dalam kelompok.
2) Nilai
kelompok dapat diambil dari nilai rata-rata nilai semua anggota kelompok, dari
sumbangan setiap anggota.
3) Setiap
anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka kepada kelompok.
6.
Materi
KPK dan FPB
Pada
kelas V semester genap, pembelajaran matematika dibagi menjadi 4 (empat)
standar kompetensi, salah satunya yaitu melakukan operasi hitung bilangan bulat
dalam pemecahan masalah dengan alokasi waktu 10 jam pelajaran atau 4 kali
pertemuan. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan, 1 pertemuan untuk pembelajaran
dan 1 pertemuan untuk pembelajaran dan tes formatif. Siklus II terdiri dari 2
pertemuan, 1 pertemuan untuk pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes
formatif. Standar kompetensi tentang melakukan
operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah ini terbagi lagi menjadi
5 (lima) kompetensi dasar yaitu:
1. Melakukan
operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifat pembulatan dan
penaksiran
2. Menggunakan
faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.
3. Melakukan
operasi hitung campuran bilangan bulat.
4. Menghitung
perpangkatan dan akar sederhana.
5. Meneyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB.
Menurut Handoko (2006: 17-21):
1.
Faktorisasi prima dalam penggunaannya.
1)
Faktor prima.
2)
Faktorisasi prima.
3)
Menentukan KPK dan FPB dengan
faktorisasi prima
2.
Masalah yang berkaitan dengan operasi
hitung KPK dan FPB.
1) Masalah yang berkaitan dengan operasi hitung.
2) Masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.
7. Hasil Belajar Siswa
Pengertian
hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar baik di kelas, di
sekolah maupun di luar sekolah. Untuk mengetehui apakah pembelajaran yang
dilakukan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pembelajaran itu
sendiri dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pembelajaran dikatakan
berhasil jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar.
Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Hasil belajar menurut Anni (2007: 5) merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh pembelajar. Sementara itu, Suprijono (2009: 7) menegaskan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek saja. Artinya, hasil pembelajaran yang telah dilakukan harus
secara komprehensif atau menyeluruh.
Rifa’i (2007: 85) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan
belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh
adalah berupa perubahan konsep.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan proses belajar
yang menggambarkan tingkat penguasaan siswa tentang materi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Bloom dalam Suprijono (2009: 6) menyatakan bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif
meliputi knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif
meliputi receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakteristik). Domain psikomotor meliputi initiatory,
preroutine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,
teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Pada siswa yang sedang menuntut ilmu di pendidikan
formal, hasil belajar dicerminkan dari nilai yang diperolehnya. Jadi, hasil
belajar yang dimaksud adalah nilai ulangan harian pada mata pelajaran
matematika siswa kelas V SD Negeri Kubangputat 01 Brebes pada materi KPK dan
FPB.
8.
Aktivitas
Belajar Siswa
Aktivitas
belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku siswa yang dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap
pencapaian poses maupun hasil belajar siswa. Dalam aktivitas, dibutuhkan
keaktifan siswa dalam belajar. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana
pembelajaran menjadi lebih hidup karena adanya proses interaksi antara siswa
dengan guru maupun siswa dengan siswa.
Menurut Nasution (2010: 87), aktivitas belajar terdiri
dari mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sedangkan menurut Sudjana (2009:
22), kegiatan belajar atau aktivitas
belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta
didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan,
peserta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala
kegiatan yang dilaksanakan baik secara fisik maupun psikis selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah
aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru, berkelompok
dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan.
Dalam
meleksanakan pembelajaran pecahan ini, peneliti akan menggunakan model
pembelajaran NHT. Pertama guru menerangkan KPK dan FPB menggunakan media kartu
bilangan prima, kemudian guru membagi kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa dan
setiap siswa di beri nomor dari 1-5, setelah pembentukan kelompok selesai guru
memberikan soal LKS pada tiap kelompok untuk di kerjakan berkelompok. Siswa
diberi kesempatan berpikir bersama untuk membahas LKS yang disediakan guru.
Setelah itu, guru memanggil salah satu nomor dari setiap kelompok dan siswa
menjawab pertanyaan. Pada saat mengoreksi jawaban guru memanggil salah satu
nomor secara acak. Dengan adanya pembentukan kelompok dan pemberian nomor pada
siswa dan pemanggilan nomor secara acak untuk menjawab pertanyaan yang sudah
disediakan di harapkan seluruh siswa siap dan bertanggung jawab pada pekerjaan
yang sudah di kerjakan secara kelompok.
9.
Kerangka
Berpikir
Karakteristik matematika yang abstrak menyebabkan
mata pelajaran matematika sulit dipahami oleh siswa SD yang taraf berpikirnya
berada pada tahap operasional konkret. Berdasarkan pengamatan yang penulis
lakukan terhadap guru kelas V SD Kubangputat 01, guru hanya menggunakan metode
ceramah yang kurang bervariasi, sehingga mengakibatkan pembelajaran di dominasi
oleh guru semata. Guru hanya menggunakan pola interaksi klasikal dalam
pembelajaran. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa pasif, guru tidak
menggunakan media maupun alat peraga yang tersedia di sekolah. Kondisi yang
demikian, membuat siswa merasa bosan dan pasif, sehingga sulit mengembangkan
kreativitas siswa dalam belajar matematika, selama satu pembelajaran yang diamati penulis,
siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru.
Interaksi antara siswa dan guru atau dengan teman di
kelas atau di sekolah sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. siswa
yang takut kepada guru, tidak berani maju mengerjakan soal di papan tulis, atau
mengeluarkan pendapatnya karena takut salah atau dimarahi, menyebabkan hasil
belajar matematika siswa menjadi rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
model pembelajaran yang mendorong siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran dan yang meningkatkan performansi guru. Salah satunya dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) akan
tercipta sikap pada siswa yaitu, saling tolong menolong, saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengemukakan
pendapatnya secara berkelompok. Melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), akan menumbuhkan
rasa percaya diri dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
juga dapat meningkatkan performansi guru, menambah pengetahuan, perilaku/sikap,
maupun keterampilan dalam pembelajaran.
10. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1) Dengan pembelajaran NHT, maka aktivitas
belajar siswa kelas V SD Negeri Kubangputat 01 Tanjung Brebes pada mata
pelajaran matematika materi KPK dan FPB meningkat.
2) Dengan pembelajaran NHT, maka hasil
belajar siswa kelas V SD Negeri Kubangputat 01 Tanjung Brebes pada mata
pelajaran matematika materi KPK dan FPB meningkat.
3) Dengan pembelajaran NHT, maka
performansi guru dalam membelajarkan matematika materi KPK dan FPB meningkat.
E. Metode Penelitian
1.
Subjek
Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD Negeri
Kubangputat 01 Brebes Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 30 siswa.
2.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SD Negeri Kubangputat 01 Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes. Penelitian
dilakukan di tempat ini, dikarenakan peneliti sebagai pengajar di sekolah
tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012/2013
yang dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juli sampai September 2012.
3.
Faktor
yang diselidiki
Faktor yang diselidiki pada penelitian ini yaitu
aktivitas dan hasil belajar serta performansi guru dalam pembelajaran
matematika materi KPK dan FPB pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
4.
Prosedur Kerja dalam Penelitian
a.
Perencanaan
Pada langkah perencanaan dilakukan
persiapan dengan menentukan materi pokok yang sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan, kemudian menyusun rencana pembelajaran sesuai materi. Rencana
pembelajaran ini digunakan sebagai program dalam melaksanakan proses pembelajaran
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru merancang pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada pelajaran matematika materi KPK
dan FPB. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Peneliti menyiapkan lembar observasi siswa, lembar kerja
siswa (LKS), dan menyiapkan tes formaitf.
b. Pelaksanaan
Tindakan
Pada langkah ini, penulis mengambil
kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB,
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB.
Kompetensi dasar ini terdapat 4 indikator pencapaian yang alokasi waktunya 10
jam pelajaran atau 4 kali pertemuan. Rencana penelitian ini akan dilaksanakan
dua siklus, siklus I terdiri dari 2 pertemuan, 1 pertemuan untuk pembelajaran,
1 pertemuan untuk pembelajaran dan tes formatif, siklus II terdiri dari 2
pertemuan, 1 pertemuan untuk pembelajaran, 1 pertemuan untuk tes formatif.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan atau observasi terhadap
siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu melalui lembar
pengamatan siswa. Observasi juga dilakukan oleh observer untuk mengetahui
performansi guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini, guru
bekerja sama dengan guru lain (observer) untuk mengamati atau mengobservasi
performansi guru dalam kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Pada langkah ini, peneliti
melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil tes dan hasil observasi. Hasil
analisis dan refleksi ini digunakan untuk mengetahui apa yang sudah dicapai dan
yang belum dicapai dalam proses pembelajaran serta apa yang akan diperbaiki
dalam pembelajaran siklus selanjutnya, sedangkan hal-hal yang menunjukkan hasil
positif akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
5.
Siklus
Penelitian
a.
Perencanaan
Siklus I
1) Perencanan
a) Mengidentifikasi
masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.
b) Merancang
rencana pembelajaran sesuai silabus sebelum pelaksanaan siklus I.
c) Merancang
alat peraga, bahan, dan lembar kegiatan siswa
d) Menyusun
lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru.
e) Menyusun tes formatif I.
2) Pelaksanaan
a) Menyiapkan
rencana pembelajaran materi faktorisasi prima dalam penggunaannya.
(1)
Faktor prima.
(2)
Faktorisasi prima.
(3)
Menentukan KPK dan FPB dengan
faktorisasi prima
b) Menyiapkan
alat peraga, bahan dan lembar kegiatan siswa.
c) Mengadakan
presensi siswa.
d) Menggunakan
tahap-tahap pendekatan kooperatif tipe NHT.
e) Pada
akhir siklus I, siswa mengadakan tes formatif I.
3) Observasi
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan
difokuskan pada:
a) Hasil
belajar siswa
(1) Rata-rata
kelas.
(2) Banyaknya
siswa yang tuntas belajar ( skor ≥ 60).
(3) Presentase
tuntas belajar secara klasikal.
b) Aktivitas
siswa
(1) Kehadiran
siswa.
(2) Keantusiasan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Keberanian siswa
dalam mengajukan pertanyaan.
(4) Partisipasi dalam
kelompok.
(5) Kemampuan siswa
dalam mengemukakan pendapat.
(6) Kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan guru.
(7) Kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
c) Perfomansi
guru dalam proses belajar mengajar
(1)
Kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran.
(a) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.
(b) Mengembangkan dan mengorganisasikan
materi, media pembelajaran, dan sumber belajar pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
(c) Merencanakan skenario kegiatan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
(d) Merancang perencanaan kelas menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
(e) Merencanakan prosedur, jenis dan
menyiapkan alat penilaian.
(f)
Tampilan dokumen rencana pembelajaran.
(2)
Kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
(a)
Kegiatan Awal
-
Keterampilan membuka pelajaran.
(b)
Kegiatan Inti Pembelajaran
-
Keterampilan mengelola ruang dan
fasilitas belajar pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif ttipe NHT.
- Keterampilan melaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
- Keterampilan mengelola interaksi kelas
pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
- Keterampilan bersikap terbuka dan luwes
serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
- Keterampilan mendemonstrasikan kemampuan
khusus dalam pembelajaran matematika.
-
Keterampilan melaksanakan evaluasi
proses dan hasil belajar.
-
Keterampilan umum kinerja guru/calon
guru.
(c)
Kegiatan Penutup
-
Keterampilan mengevaluasi pembelajaran
-
Keterampilan menutup pembelajaran.
4) Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua
kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Analisis
dilakukan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan unsur-unsur yang diamati
pada siklus I, kemudian merefleksikan hasil analisis tersebut untuk
merencanakan tindakan berikutnya.
b.
Perencanaan
Siklus II
1) Perencanaan
a) Merancang
rencana pembelajaran sesuai hasil refleksi.
b) Merancang
alat peraga, bahan, dan lembar kegiatan siswa.
c) Menyusun
lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi pengajar.
d) Menyusun
tes formatif II.
2) Pelaksanaan
a) Menyiapkan
rencana pembelajaran menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung
KPK dan FPB.
b) Menyiapkan
alat peraga, bahan, dan lembar kegiatan siswa.
c) Mengadakan
persensi siswa.
d) Menggunakan
tahap-tahap pendekatan kooperatif tipe NHT.
e) Pada
akhir siklus II, siswa mengerjakan tes formatif II.
3) Pengamatan
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian
difokuskan pada :
a) Hasil
belajar siswa
(1) Rata-rata
kelas.
(2) Banyaknya
siswa yang tuntas belajar.
(3) Presentase
tuntas belajar secara klasikal.
b) Aktivitas
siswa
(1) Kehadiran
siswa.
(2) Keantusiasan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Keberanian siswa
dalam mengajukan pertanyaan.
(4) Partisipasi dalam
kelompok.
(5) Kemampuan siswa
dalam mengemukakan pendapat.
(6) Kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan guru.
(7) Kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
c) Perfomansi
guru dalam proses belajar mengajar
(1)
Kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran.
(a) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.
(b) Mengembangkan dan mengorganisasikan
materi, media pembelajaran, dan sumber belajar pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
(c) Merencanakan skenario kegiatan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
(d) Merancang perencanaan kelas menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
(e) Merencanakan prosedur, jenis dan
menyiapkan alat penilaian.
(f) Tampilan dokumen rencana pembelajaran.
(2)
Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
(a)
Kegiatan Awal
-
Keterampilan membuka pelajaran.
(b)
Kegiatan Inti Pembelajaran
-
Keterampilan mengelola ruang dan
fasilitas belajar pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif ttipe NHT.
- Keterampilan melaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
- Keterampilan mengelola interaksi kelas
pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
- Keterampilan bersikap terbuka dan luwes
serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
- Keterampilan mendemonstrasikan kemampuan
khusus dalam pembelajaran matematika.
-
Keterampilan melaksanakan evaluasi
proses dan hasil belajar.
-
Keterampilan umum kinerja guru/calon
guru.
(c)
Kegiatan Penutup
-
Keterampilan mengevaluasi pembelajaran
-
Keterampilan menutup pembelajaran.
4) Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua
kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Selain untuk mengetahui pencapaian
hasil belajar siswa, analisis juga dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam proses belajar mengajar di kelas pada siklus II.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus
I dan II terhadap hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan perfomansi
guru, maka peneliti akan menyimpulkan apakah hipotesis tindakan tercapai atau
tidak. Jika hasil belajar, aktivitas siswa, dan perfomansi guru sesuai indikator
meningkat, maka pendekatan NHT yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri Kubangputat 01 Brebes.
6.
Data
dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai sumber data, jenis data,
teknik pengumpulan data, dan alat pengumpul data yang diperlukan dalam
pelaksanaan PTK.
a.
Sumber
Data
Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari siswa, guru, dan data dokumen sekolah tersebut.
Dari siswa berupa hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil
tes formatif. Data dari guru berupa performansi guru dalam mengajar meliputi
rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya menyangkut penggunaan model,
metode, ataupun media pembelajaran yang digunakan. Data dari dokumen yaitu dari
daftar presensi dan daftar nilai siswa.
b.
Jenis
Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua jenis, yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif.
1. Data
Kuantitatif
Data kuantitatif ini berupa nilai yang diperoleh
dari rata-rata nilai ulangan harian sebelum pembelajaran dengan pendekatan
kooperatif tipe NHT dan nilai tes akhir siklus. Nilai tes akhir siklus
diasumsikan merupakan pencerminan hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar
matematika.
2. Data
Kualitatif
Data kualitatif dalam
penelitian ini berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang
aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Data tersebut berupa hasil
pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru dengan
menggunakan lembar pengamatan pada siklus I dan siklus II.
c. Teknik Pengumpulan Data
Data
yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan teknik:
1)
Tes, digunakan untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada tes formatif siklus
I dan II. Tes formatif dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
2) Observasi, digunakan untuk memperoleh
data aktivitas belajar siswa dan performansi guru dalam proses pembelajaran.
Panduan observasi menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan performansi
guru.
3) Dokumen, digunakan untuk memperoleh data
yang berisi catatan harian berupa daftar kehadiran siswa dan daftar nilai
harian siswa serta hasil tes formatif siswa.
7.
Teknik
Analisis Data
1.
Teknik Analisis Data Kuantitatif
Rumus-rumus yang digunakan untuk
mengolah data hasil belajar:
a. Untuk
menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa (BSNP
2007: 25):
NA = Sp X 100
Sm
Sm
Keterangan:
NA = Nilai
akhir
Sp = Skor
perolehan
Sm = Skor maksimal
b. Untuk
menentukan rata-rata kelas (Sudjana. 2010: 125):
NR = NA X100
SN
Keterangan : NR = Nilai
rata-rata.
NA = Nilai
akhir.
SN = Jumlah
siswa.
c. Untuk
menentukan tingkat tuntas belajar klasikal menurut Aqib dkk (2010: 41):
SN
Keterangan:
TBK = Tuntas belajar klasikal
2. Teknik Analisis Data Kualitatif
1) Data
Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar matematika, maka analisis dilakukan pada
instrumen lembar pengamatan dengan menggunakan rumus-rumus melalui persentase.
Adapun perhitungan persentase keaktifan pembelajaran
siswa dalam mengikuti proses belajar sebagai berikut:
SN x SM
Keterangan:
SN = Jumlah siswa
SM = Skor
maksimal
(Yonny, dkk 2010: 176)
Kriteria persentase aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran menurut Yonny dkk (2010: 175-176) seperti
pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Kriteria Persentase
Aktivitas Belajar Siswa
PERSENTASE
|
KRITERIA
|
75% - 100%
|
Sangat tinggi
|
50% - 74,99%
|
Tinggi
|
25% - 49,99%
|
Sedang
|
0% - 24,99%
|
Rendah
|
2)
Data Performansi Guru
Menurut
Aunurrahman
dkk (2009: 9-10), untuk mengubah skor APKG 1 dan APKG 2
menjadi skala nilai 0-100 yaitu sebagai berikut:
R =
Sp X 100
Sm
Sm
P = Sp X 100
Sm
Sm
Keterangan:
R = APKG 1
P = APKG 2
Sm = Skor maksimal
Kemampuan
guru dalam membuat RPP berbobot 1, sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran memiliki berbobot 2. Rumus yang digunakan untuk menilai
keseluruhan performansi guru yaitu:
3
Keterangan:
Keterangan:
PG = Performansi guru
R = APKG 1 (kemampuan guru
membuat RPP)
P = APKG 2 (kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran)
Skala
nilai performansi guru menurut Pedoman Akademik Unnes (2011: 54) yaitu sebagai
berikut:
Panduan
kriteria nilai angka dan nilai huruf
Nilai
Angka
|
Nilai Huruf
|
86-100
81-85
71-80
66-70
61-65
56-60
51-55
0-50
|
A
AB
B
BC
C
CD
D
E
|
8.
Indikator
Keberhasilan
Model pendekatan kooperatif tipe NHT
dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar matematika jika:
a.
Hasil
belajar siswa
1) Rata-rata
kelasnya sekurang-kurangnya 60, nilai KKM yang ditetapkan sekolah
2) Persentase
tuntas klasikal sekurang-kurangnya 75%.
b.
Aktivitas
belajar siswa
1)
Kehadiran siswa minimal 90%
2)
Keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran
minimal 70%
3)
Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan
minimal 70%
4)
Partisipasi dalam kelompok minimal 70%
5)
Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
minimal 70%
6)
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru
minimal 70%
7) Kemampuan
siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru minimal 70%
c. Performansi Guru dalam Pembelajaran
Indikator
keberhasilan performansi guru dilihat dari kemampuan guru dalam membuat RPP dan
melaksanakan pembelajaran dengan model NHT. Performansi guru dikatakan berhasil
jika nilai performansi guru
75 (B).
F.
Jadwal
Penelitian.
Kegiatan
|
Bulan dan minggu ke
|
|||||||||||||||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agust
|
||||||||||||
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
|
Menyusun
proposal
|
x
|
x
|
x
|
|||||||||||||
Menyusun
instrumen
|
x
|
x
|
||||||||||||||
Persiapan
penelitian
|
x
|
|||||||||||||||
Pelaksanaan
penelitian
|
x
|
|||||||||||||||
a. siklus I
|
x
|
x
|
x
|
|||||||||||||
b. siklus II
|
x
|
x
|
||||||||||||||
c. analisis data akhir
|
x
|
|||||||||||||||
Pembuatan
dokumen
|
x
|
|||||||||||||||
Pelaporan
|
||||||||||||||||
a. penyusunan
laporan
|
x
|
|||||||||||||||
b. Revisi dan penjilidan
|
x
|
G.
Daftar
Pustaka
Arikunto,
Suharsini. Dkk.2007. PenelitianTindakan
Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asma,
Nur. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Depdiknas.
Bower,
Gordon H. dan Hilgard, Ernest R. 1981. Theories
of Learning. NJ: Prentice-Hall.
BSNP.
2007. Pedoman Peilaian Hasil Belajar di
Sekolah Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS
Handoko, Tri. 2006. Terampil Matematika 5. Jakarta: Yudhistira.
Haryadi, Sugeng. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang:
Unnes.
Ibrahim,
Muslimin, dkk. 2002.Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: University Press.
Kagan.
2007. Numbered Heads Together. Online http://www.eazhull.org.uk/nlc/numbered_heads.htm [diakses
16/03/12]
Lie, Anita. 2002. Cooperative learning. Jakarta :
Grasindo.
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Standar
Penilaian Pendidikan dan Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta:
Cipta Jaya.
Pitadjeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.
Rifa’i,
Achmad dan Anni, Catharina Tri. 2007: Psikologi
Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri
Semarang.
Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta: Depdiknas.
Sudjana,
Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudrajat,
Akhmad. 2010.
definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas. Online http://akhmadsudrajat.wordpress.com [diakses
21/03/12]
Suprijono,
Agus. 2009. Cooperative Learning Teori
dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilawati,
Erna. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Volum Kubus dan
Balok di SDNegeri Bentarsari 03 Salem Brebes. Skripsi. Semarang: UNNES.
Tri ani, Catarina. 2007. Psikologi
belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Tryana,
Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together. Online http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/numbered-heads-together-html [diakses
16/03/12]
Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Citra Umbara.
Unnes. 2011. Pedoman Akademik. Semarang: Unnes Press.
Woolfolk, Anita E. dan
McCune-Nicolich, Lorraine. 1981. Educational
Psychology for Teachers. NJ: Prentic